Enak dibaca dan Perlu adalah slogan yang dipakai oleh majalah Tempo untuk mencirikan majalah mereka.
Saya pernah mendengar kalimat ini dari dosen saya Bapak Ibnu Wahyudi. Di Jurusan Indonesia, kami belajar mata kuliah komposisi bahasa Indonesia I dan II, penulisan populer, kemahiran bahasa Indonesia I dan II, dan penyuntingan. Dari kuliah-kuliah ini, para mahasiswa jurusan Indonesia diajarkan bagaimana menulis sebuah artikel, tulisan populer, dan tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penyuntingan terhadap suatu tulisan juga diajarkan oleh para dosen kepada kami. Oleh karena itu, para mahasiswa jurusan Indonesia diberi bekal untuk menguasai bidang jurnalistik, khususnya tulis-menulis.
Para lulusan jurusan Indonesia banyak bekerja di media-media yang ada di Indonesia bahkan luar negeri, mulai dari media cetak sampai media elektronik.
Namun, berdasarkan pengamatan saya terhadap tulisan-tulisan yang ada di media saat ini dapat dikatakan memprihatinkan. Kesalahan berbahasa dalam media cetak dan visual makin menyebar saat ini. Apalagi yang tulisan-tulisan yang tercetak di dalam media elektronik seperti TV dan artikel-artikel di internet. Asumsi saya adalah para penulis berita, terburu-buru dalam menulis suatu berita sehingga muncullah kesalahan tulisan itu. Kesalahan itu ditemukan pada kesalahan ejaan, kata, bahkan sampai pada kesalahan tata kalimat.
Sebenarnya, saya juga masih sering melakukan kesalahan di dalam menulis, tetapi saya berusaha untuk menggugah para penulis berita agar lebih hati-hati dalam menulis dan menyebarkan berita.
Ada beberapa contoh yang menghebohkan waktu itu. Contoh itu saya dapatkan dari teman-teman saya lewat pesan hp.
Kedua gambar tersebut merupakan contoh yang sempat menghebohkan dunia jurnalistik. Menimbulkan kesalahan berita dan keadaan yang tidak enak untuk dibaca atau ditonton.
Jika Anda ingin melihat contoh-contoh kesalahan berbahasa lainnya, Anda dapat membuka situs ini http://pernikbahasa.wordpress.com/ dengan judul jenaka berbahasa. Situs ini merupakan tulisan dosen saya Pak Ibnu Wahyudi.
Bekerja di dunia jurnalistik, biasanya kita mengenal bagian redaktur. Bagian ini dikenal dengan kepanjangan repot mengudak-ngudak dan mengatur-ngatur. Di bawah bagian ini ada yang disebut dengan korektor, dikenal dengan kepanjangan mengorek-ngorek yang kotor. Suami saya ketika berkuliah dulu pernah menjadi korektor di Majalah Tempo selama 2 tahun. Pekerjaan ini sangat membutuhkan ketelitian dan pengetahuan berita yang luas. Biasanya mereka adalah pekerja terakhir yang menerima berita sebelum dicetak dan disebarkan ke masyarakat. Pekerjaan seperti ini memiliki beban yang cukup berat bagi keberlangsungan media. Namun, jika tidak ada mereka dan kita tidak menghargai mereka, keberlangsungan suatu media patut dipertanyakan. Karena kehadiran mereka, bahasa yang baik dan benar akan tercapai dan berita yang disampaikan akan membawa efek yang besar bagi masyarakat yang membacanya.
Masyarakat akan mendapat informasi yang baik dan benar sekaligus dapat terbina dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Bukankah di dalam salah satu cara kebijakan bahasa (language policy) adalah membina bahasa masyarakat dan media adalah salah satu yang berperan penting dalam membina bahasa.
Dengan demikian, kawan-kawan penulis, wartawan, korektor, editor, dan teman-teman di dunia jurnalistik lainnya, marilah kita menciptakan bahasa Indonesia yang bersahaja dan santun. Ingatlah salah satu tujuan kalian, yaitu membina bahasa kita, bahasa Indonesia sehingga kalian jugalah yang akan menciptakan masyarakat yang santun berbahasa dan berkebudayaan tinggi. Ingatlah juga mengukur kesantunan dan kepandaian seseorang dapat dilihat dari tuturan dan tulisan seseorang. Hal ini juga menandai karakter bangsa yang beradab.
Begitu teman-teman :)
Saya pernah mendengar kalimat ini dari dosen saya Bapak Ibnu Wahyudi. Di Jurusan Indonesia, kami belajar mata kuliah komposisi bahasa Indonesia I dan II, penulisan populer, kemahiran bahasa Indonesia I dan II, dan penyuntingan. Dari kuliah-kuliah ini, para mahasiswa jurusan Indonesia diajarkan bagaimana menulis sebuah artikel, tulisan populer, dan tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penyuntingan terhadap suatu tulisan juga diajarkan oleh para dosen kepada kami. Oleh karena itu, para mahasiswa jurusan Indonesia diberi bekal untuk menguasai bidang jurnalistik, khususnya tulis-menulis.
Para lulusan jurusan Indonesia banyak bekerja di media-media yang ada di Indonesia bahkan luar negeri, mulai dari media cetak sampai media elektronik.
Namun, berdasarkan pengamatan saya terhadap tulisan-tulisan yang ada di media saat ini dapat dikatakan memprihatinkan. Kesalahan berbahasa dalam media cetak dan visual makin menyebar saat ini. Apalagi yang tulisan-tulisan yang tercetak di dalam media elektronik seperti TV dan artikel-artikel di internet. Asumsi saya adalah para penulis berita, terburu-buru dalam menulis suatu berita sehingga muncullah kesalahan tulisan itu. Kesalahan itu ditemukan pada kesalahan ejaan, kata, bahkan sampai pada kesalahan tata kalimat.
Sebenarnya, saya juga masih sering melakukan kesalahan di dalam menulis, tetapi saya berusaha untuk menggugah para penulis berita agar lebih hati-hati dalam menulis dan menyebarkan berita.
Ada beberapa contoh yang menghebohkan waktu itu. Contoh itu saya dapatkan dari teman-teman saya lewat pesan hp.
Kedua gambar tersebut merupakan contoh yang sempat menghebohkan dunia jurnalistik. Menimbulkan kesalahan berita dan keadaan yang tidak enak untuk dibaca atau ditonton.
Jika Anda ingin melihat contoh-contoh kesalahan berbahasa lainnya, Anda dapat membuka situs ini http://pernikbahasa.wordpress.com/ dengan judul jenaka berbahasa. Situs ini merupakan tulisan dosen saya Pak Ibnu Wahyudi.
Bekerja di dunia jurnalistik, biasanya kita mengenal bagian redaktur. Bagian ini dikenal dengan kepanjangan repot mengudak-ngudak dan mengatur-ngatur. Di bawah bagian ini ada yang disebut dengan korektor, dikenal dengan kepanjangan mengorek-ngorek yang kotor. Suami saya ketika berkuliah dulu pernah menjadi korektor di Majalah Tempo selama 2 tahun. Pekerjaan ini sangat membutuhkan ketelitian dan pengetahuan berita yang luas. Biasanya mereka adalah pekerja terakhir yang menerima berita sebelum dicetak dan disebarkan ke masyarakat. Pekerjaan seperti ini memiliki beban yang cukup berat bagi keberlangsungan media. Namun, jika tidak ada mereka dan kita tidak menghargai mereka, keberlangsungan suatu media patut dipertanyakan. Karena kehadiran mereka, bahasa yang baik dan benar akan tercapai dan berita yang disampaikan akan membawa efek yang besar bagi masyarakat yang membacanya.
Masyarakat akan mendapat informasi yang baik dan benar sekaligus dapat terbina dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Bukankah di dalam salah satu cara kebijakan bahasa (language policy) adalah membina bahasa masyarakat dan media adalah salah satu yang berperan penting dalam membina bahasa.
Dengan demikian, kawan-kawan penulis, wartawan, korektor, editor, dan teman-teman di dunia jurnalistik lainnya, marilah kita menciptakan bahasa Indonesia yang bersahaja dan santun. Ingatlah salah satu tujuan kalian, yaitu membina bahasa kita, bahasa Indonesia sehingga kalian jugalah yang akan menciptakan masyarakat yang santun berbahasa dan berkebudayaan tinggi. Ingatlah juga mengukur kesantunan dan kepandaian seseorang dapat dilihat dari tuturan dan tulisan seseorang. Hal ini juga menandai karakter bangsa yang beradab.
Begitu teman-teman :)
NYABIL KAYU Dr Kasugihan HERBAL MEDICINE MEMBANGKAN AKU DAPATKAN KIDUNG AKU 3 TAHUN HERPES Sampurasun sadayana, am ti Texas Amérika Serikat anu kaserang panyawat (HERPES) saprak taun 2015 sareng ngalaman nyeri konstan, khususna dina tuur kuring. Salila taun kahiji, kuring iman ka Gusti yén kuring bakal disageurkeun sakedik waé. Panyawat ieu mimiti sumebar di sakumna awak kuring sareng kuring parantos dirawat ku dokter, sababaraha minggu ka tukang kuring milarian dina internet lamun kuring tiasa mendakan naon waé inpormasi ngeunaan pencegahan panyakit ieu, dina milarian kuring ningali kasaksian ngeunaan jalma anu parantos aya tina panyawat (Hepatitis B sareng Kanker) ku Pimpinan Manusia Dr Harta ieu sareng anjeunna ogé masihan alamat email tina jalma ieu sareng mamatahan kami kudu ngahubungan anjeunna pikeun naon waé panyawat anu anjeunna bakal ngabantosan, janten kuring nyerat ka Kapala Dr Harta anu nyaritakeun anjeunna ngeunaan kuring (HERPES Virus) anjeunna ngawartoskeun kuring henteu hariwang yén kuring bakal diubaran !! hmm kuring henteu percanten deui ,, saatosna ogé prosedur sareng ubar anu dipasihkeun ku abdi ieu sababaraha minggu ka hareup kuring mimiti ngalaman parobahan sadayana kuring salaku Dokter ngajamin yén kuring parantos diubaran, saatos sababaraha waktos kuring angkat ka dokter kuring ka dikonfirmasi upami kuring tungtungna tiasa sembuh kasihatan éta BENAR, Janten babaturan kuring mamatahan nyaéta, upami anjeun ngagaduhan panyawat sapertos anu sanés sapertos hépatitis A, B, C, CANCER, HPV, HIV / AIDS, DIABETES 1 AND 2, PENIS MASALAH, PEMBANGUNAN DARAH DENGAN, EKLUKAN LUKU, PELUPUSAN PENIS DAN SUKU deui ....... anjeun tiasa ngirimkeun email ka> (wealthylovespell@gmail.com) atanapi nyauran sareng Whats App anjeunna dina +2348105150446, kuring nganuhunkeun pisan pikeun bantosan na. abdi bakal salawasna nyarankeun anjeun ka réréncangan !!! Hatur nuhun.
BalasHapus