Ujaran Basa Basi untuk pem(b)elajar BIPA!

       Kalau kita belajar bahasa, pasti kita tahu bukan hanya kalimat saja yang dipelajari. Faktor budaya dalam masyarakat juga perlu diperhatikan ketika belajar bahasa. Gunanya agar dapat berkomunikasi dengan luwes kepada lingkungan penutur bahasa tersebut. Tentunya ada strategi berkomunikasi yang baik. Saat ini, saya hanya ingin menulis sedikit tentang basa-basi.
     Ya, entah kapan mulainya, tetapi kita pastilah mengenal konsep basa-basa dalam bermasyarakat atau istilah bahasa asingnya small talk (iya bukan sih?). Ya intinya, basa-basi ini bertujuan untuk menunjukkan sopan santun atau kepedulian kepada orang lain, agar tidak disangka sombong gitu. Yang harus ditekankan juga berbasa-basi ini  tidak bermaksud mencampuri urusan orang lain. Jadi, jangan sampai ada kalimat "masalah buat lo" dan orang berpikiran negatif tentang kita ketika kita berbasa-basi.
     Anehnya, dalam pengertian kamus jepang yang warna sampulnya cokelat (hehe..ga tau pengarangnya) basa-basi ini disamakan dengan arti lips service (jangan mikir jorok ya, nggg...)  Padahal beda loh konsep basa-basi sama lips service tadi. Jadi, supaya tidak menimbulkan salah kaprah, saya tegaskan bahwa basa-basi dalam konteks bermasyarakat Indonesia sudah mempunyai pakem tertentu.
      Pakem itu misalnya terdapat dalam situasi  ketika kita bertemu orang yang kita kenal di jalan, untuk menunjukkan sopan santun itu kita akan berbasa-basi
Memet: " Eh, Mamat ... mao ke mana?"
Mamat: "Eh Memet, mau ke sana".
ATAU
Memet: "dari mana mat?"
Mamat: "dari sana met...."
Kemudian basa basi berakhir. Mereka tahu pakemnya bahwa harus menegur tanpa perlu menjawab dengan pertanyaan dengan tepat dan jelas. Contoh ini jelas bukan lips service toh. Dari sini kita lihat bahwa basa-basi mempunyai pakem tersendiri di masyarakat. Contohnya pun beragam, tergantung situasi.
    Contoh lain, basa-basi ini dipakai dalam situasi ketika kita sedang makan sendiri, lalu teman, saudara atau siapa pun lewat di depan kita, pasti kita berbasa-basi begini :
(Memet lewat depan Mamat yang sedang makan!)
Mamat berkata "Makan Met" atau "Makan yuk, Met"
Lalu, si Memet akan berkata "Makasih Mat, udah kenyang" atau "Makasih Mat".
Mereka tahu bahwa dalam situasi seperti ini pakemnya harus menawarkan, yang ditawarkan pun biasanya menolak, kecuali dalam kondisi si Mamat niat bagi-bagi.
    Contoh lain, yang tidak kalah seru adalah kalimat "Jangan lupa oleh-oleh". Waduh, mulut ini udah spontan banget dipakai untuk situasi orang yang mau bepergian. Kemudian, kalo tuh orang pulang dari plesiran trus dibawain oleh-oleh, si penerima oleh-oleh akan berkata: "Yaa, ga usah repot-repot." (haaahhh bassssiii!)
    Belum lagi kalo orang yang belom nikah, setiap ketemu temen, saudara, siapa aja deh, pasti ditanya "kapan nikah?" haaahaaa, jawabannya pasti "belum ada jodoh, insha allah, bahkan "kapan-kapan." (kalo istilah sekarang kepo banget sih nih orang). Tapi lagi-lagi si penutur tidak bermaksud mencampuri urusan orang lain, niatnya hanya menunjukkan kepedulian atau sopan santun semata. So, jangan diambil hati.
    Yah, kira-kira gitu deh, banyak situasi yang dipakai untuk bersopan-santun.Kalimat yang diujarkan pun berbeda-beda ada kalimat tanya, kalimat ajakan, kalimat pernyataan, dan lain-lain. Oleh karena itu, sebagai pengajar bahasa Indonesia untuk penutur asing, tanamkan deh konsep itu ke peserta Anda. Insha Allah bermanfaat agar mereka luwes dalam berkomunikasi. Saya doakan ya semoga sukses (yang ini bukan basa-basi, saya doakan beneran kok) :-)



Komentar