Bahasa Daerahku :untuk Indonesiaku

     Hari Rabu dan Kamis minggu lalu, saya pergi ke UPI bandung untuk berseminar di sana. Saya menjadi pemakalah di hari kamis. Pada hari kamis pagi itu, seorang profesor dari Amerika yang bernama Abigail mempresentasikan topiknya  tentang bahasa Sunda yang "tergusur" oleh bahasa Indonesia. Selain itu, banyak pula para pemerhati bahasa Sunda merasa terpinggirkan karena bahasa Indonesia. Mereka berbicara bahwa kurikulum 2013 yang menyatukan bahasa, budaya, dan penjaskes dalam mulok sangat merugikan bagi mereka. Mengapa? Ada apa dengan pembuat kebijakan di sana? Karena hal ini, secara tidak langsung para pemerhati bahasa Sunda menganggap bahasa Indonesia adalah ancaman. Waaah... jujur, saya sebagai pengajar bahasa Indonesia merasa dijadikan saingan. Tapi mungkin hanya perasaan saya saja.
     Bahasa daerah...mmm...bahasa vernakular... sudah setua ini saya berpikir betapa menyesalnya saya tidak pernah mendapat pelajaran bahasa daerah di sekolah. Bahkan di rumah, orang tua saya yang berasal dari Sumatera tidak mengajarkan saya memakai bahasa ibu mereka. Saya hanya pasif, mendengarkan saja. Sementara itu, ketika saya bersekolah di Jakarta sejak SD sampai SMA, saya mendapat pengajaran bahasa Inggris dan Jerman, bukan bahasa daerah. Namun setidaknya, kedua bahasa itu membuka mata saya terhadap dunia luar.
     Akan tetapi, bagaimana dengan nasib bahasa daerah di Indonesia yang merupakan bahasa ibu untuk sebagian besar masyarakat Indonesia. Saya merasa sangat kekurangan pengetahuan terhadap bahasa dan budaya yang ada di negeri saya. Hal ini membuat saya berpikir bahwa bahasa daerah wajib diajarkan di Indonesia, khususnya untuk kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta. Harapannya adalah generasi penerus kita akan melek terhadap bahasa, mereka diajarkan untuk menyadari dan menghargai bahasa dan budaya negeri sendiri.
     Bagaimana ya cara agar orang Indonesia dapat  mencintai bahasa dan budaya sendiri? Ada banyak cara untuk menumbuhkan kecintaan dan minat terhadap bahasa dan budaya. Salah satunya adalah mengubah cara pengajarannya...mungkin. Sebab, dalam beberapa informasi yang saya terima, dikabarkan bahwa sistem pengajaran bahasa di Indonesia belum berjalan dengan baik, khususnya bahasa daerah. Salah satu contohnya, ketika seorang anak SD baru belajar bahasa Sunda, mereka langsung diajarkan memakai undak usuk bahasa Sunda.... Mengapa? Mengapa para pembuat kebijakan bisa berpikir bahwa anak SD itu semua dapat mengerti. Mengapa mereka berpikir bahwa semua anak yang mendapat pengajaran bahasa daerah memiliki bahasa ibu yang sama. Asumsi saya hal ini merupakan titik kelemahan pengajaran bahasa daerah. Seharusnya, pengajaran bahasa daerah ini disistematiskan mulai dari dasar. Seperti mengajarkan bahasa Indonesia untuk penutur asing mungkin ya... Kemudian, tumbuhkan minat dan kecintaan anak melalui belajar seni dan budaya sebagai pelengkap. Yah itu, hanya pikiran saya...mungkin bapak-ibu yang ada di sana sebagai pembuat kebijakan atau pemangku kepentingan dapat mendengarkan atau membaca pikiran saya ini. Dengan berkaca pada sistem pengajaran yang sudah dipakai, kita dapat mengubahnya. Membuatnya menjadi menarik, seperti belajar bahasa asing ya... Komunikatif dan Menarik. Bahkan, dengan cara ini pun, bukan hanya pengajaran bahasa daerah yang mampu berkembang, tetapi bahasa Indonesia juga dapat berkembang menjadi dicintai dan dihargai di negeri kita sendiri. Aaammmmiiiinnn

Komentar