Mukaku atau Mukamu? (face Validity)

     "Ih, bosan ya. Model soal tesnya kok begini lagi begini lagi" ... (sambil melihat soal ujian tengah semester atau akhir semester (achievement test))
     Setiap pengajar pasti pernah merasakan hal seperti ini. Sebenarnya, menurut saya, solusi yang terbaik mengatasi hal ini adalah memvariasikan model soal-soal latihan yang digunakan di dalam kelas. Maksudnya, para pembuat soal latihan untuk kelas harusnya membuat berbagai variasi model soal. Dengan demikian, model soal pada ujian tengah semester atau di akhir semester dapat bervariasi. 
      Jika peserta tes tidak dibiasakan dengan model soal latihan yang bervariasi di dalam kelas, mereka akan marah jika mendapati model soal UTS dan UAS yang terlalu bervariasi (atau berbeda dengan yang ada di kelas). Jadi, jangan salahkan pada tim pembuat soal UTS atau UAS, tetapi pengajar dan tim pembuat soal saling berkaca diri pada pembuatan model latihan-latihan yang bervariasi di dalam kelas (jika memang tim pembuat latihan di kelas dan uts/uas terpisah).
      Dengan demikian, model soal UTS dan UAS (achievement test) terikat oleh model soal-soal latihan di dalam kelas. Jika model soal di kelas bervariasi, model soal di UTS dan UAS pun akan bervariasi dan mencerminkan apa yang telah dipelajari. Alasannya karena peserta tes nantinya dapat mengenali dan memahami soal tersebut dengan baik dan diharapkan mereka bisa menjawabnya dengan baik. Sebab, mereka sudah terlatih menjawab soal dengan model tersebut di dalam kelas. Dengan demikian, para pengajar seharusnya menyadari bahwa kebosanan itu bukan terletak pada pengajar melainkan sebagai pengajar harus dapat melihat efeknya terhadap pemelajar. 
    Oh iya, kriteria tes yang saya jelaskan ini dikenal dengan istilah face validity (kesahihan muka). Kriteria ini mencakup apakah suatu soal terlalu panjang, jumlah terlalu banyak, sampai pada model-model soal yang telah dikenali atau belum dari sudut pandang pemelajar. Oleh karena itu, penyelia tes sangat diperlukan kehadirannya di sini. Oke, semoga bermanfaat dan diambil hikmahnya. Semoga keluhan pengajar atau pemelajar tidak terjadi di masa yang akan datang. Semangaaaaat :-) 

Komentar