keakuratan berbahasa

Kaum interaksional percaya bahwa seseorang memperoleh bahasa dengan cara berinteraksi baik dengan orang yang lebih kompeten, maupun dengan teman sebayanya. Mereka juga percaya bahwa seseorang pemelajar asing/kedua yang belajar berbahasa secara natural tidak mampu memperoleh bahasa secara utuh. Kekurangan utama terletak pada keakuratan berbahasa pemelajar asing/kedua. Beberapa penelitian mengatakan bahwa seseorang yang belajar bahasa asing/kedua secara natural atau hanya melalui lingkungan, tidak akan pernah mencapai bahasa yang baik dan benar. Mereka hanya mampu berkomunikasi, tetapi tidak akurat dalam berbahasa. Mengapa? Karena mereka yang belajar secara natural sedikit sekali memperoleh petunjuk negatif (hal yang tidak berterima dalam bahasa target)dari lingkungan sekitarnya tidak seperti pemerolehan bahasa anak. Mereka akan terus dibiarkan melakukan kesalahan sehingga munculah ketidakpercayaan diri mereka untuk berkomunikasi secara formal. Sebab, mereka tidak mampu berbahasa secara akurat dan tepat. Terkadang mereka mengikuti pembelajaran bahasa asing, tetapi mereka hanya dicekoki struktur yang berupa petunjuk positif (positive evidence). Hal ini tidak cukup, mereka tidak akan terus berbahasa sesuai kaidah yang diajarkan. Mereka sering melakukan uji coba pada bahasa yang telah diajarkan sehingga menciptakan bahasa yang aneh dan beragam. Atas dasar pemikiran inilah kaum interaksional berpikir sudah saatnya untuk memberikan petunjuk negatif kepada pemelajar ketika berkomunikasi. Petunjuk negatif ini akan menciptakan keakuratan berbahasa ketika berkomunikasi. Keakuratan berbahasa di dalam pandangan kaum ini bukan hanya pada tahapan kosakata, sintaksis, tetapi juga sampai pada tahap pragmatis. Para pemelajar bahasa asing/ kedua harus diberikan petunjuk negatif yang berupa balikan kepada mereka. Balikan ini diberikan selama berkomunikasi atau berinteraksi. BAlikan ini dapat diberikan dalam berbagai cara. BAca artikel berikutnya

Komentar